“Mandra cengeng,Mandra cengeng,Mandra
cengeng !! “
Sorak
sorai teman-teman sekolah dasar mengejek Muhammad Indra Ramadhan yang biasa di
panggil Indra namun di plesetkan oleh teman-teman menjadi Mandra. Anak lelaki
kelas 6 sekolah dasar yang polos, lugu, cengeng, dan penakut. Bagaimana tidak?
Hanya di takut-takuti dengan ular-ularan karet saja ia sudah menangis ketakutan
seperti di kejar setan. Huuh,payah sekali ! namun, seburuk-buruknya dia, dia
tetap sahabatku yang nomer satu di dunia ini. Tak ada tandingannya. Dan takkan
tergantikan. Sampai detik ini,walaupun entah dimana dia sekarang. Yang
jelas,aku sangat merindukannya.
∞
Aku
Azka Ramadhani Putri yang biasa di panggil Azka atau Kaka, jelas terlihat dari
segi namaku, aku seorang putri cantik. Ya,putri cantik yang ber-image preman
pasar. Tomboy, kasar, urakan,semau sendiri,tidak mau perduli dengan orang lain.
Haha,jangankan dengan orang lain, perduli dengan diri-sendiri saja tidak. Namun
itu dulu, dulu aku yang melindungi Indra dari berbagai gangguan, aku yang
tangguh menghadapi bocah-bocah nakal yang hobi sekali mengganggu. Aku yang
sekarang? Aku yang sekarang duduk di bangku perkuliahan semester 5 sudah sangat
berbeda dengan aku yang dulu, aku yang sekarang sudah sangat perduli dengan
diriku sendiri bahkan orang lain. Aku yang sekarang faham dengan tata krama dan
aturan.
∞
Bukan
hal yang mudah untuk merubah sifatku ini,aku teringat dimana saat aku di
bengkelkan ke sebuah pondok pesanteren yang mengurungku 6 tahun lamanya. Saat
itu, Indra sangat tidak ikhlas membiarkanku pergi untuk melanjutkan study
sebagai anak pesantren. Hingga pada suatu hari saat aku akan berangkat ia
berkata.
“Kaka,
kamu yakin akan pergi? “ tanya Indra
dengan suara bergetar.
“iya
ndra, aku harus pergi “ jawabku datar.
“kalau
begitu, aku akan ikut bersamamu” jawab indra dengan suara ragu.
“kalo
kamu cuma bercanda.Buat saat ini aku lagi gak mood ngakak” jawabku agak ketus
“Ka,kenapa
harus pergi sih kamu? Aku gamau pisah sama kamu”suara indra semakin bergetar
“Gak
ada pilihan lain ndra” jawabku dengan nada semakin menyedihkan
Hening
beberapa saat. Aku menatap indra yang duduk sambil memurungkan wajahnya.
“udah,gausah
sedih ndra. Kita kan masih bisa komunikasi. Masih ada telfon atau surat” ujarku
menenangkannya.
“tapi
Ka--- “ jawab indra yang ucapannya sengaja aku potong.
“hey,
kita sahabat lho, dan sampai kapanpun kita juga tetep sahabat” jawabku dengan
suara riang yang di buat-buat.
Indra
hanya mengangguk pelan.
∞
Aku
sangat merindukannya. Sangat. Dan sangat. Ya,setelah hari itu aku pindah ke
Jogja untuk melanjutkan studyku
mondok di pesantren. Pada awal-awal kepindahanku memang semua baik-baik saja.
Kami masih memiliki komunikasi yang baik. Aku menceritakan kepadanya bagaimana
hidup berasrama itu . Jauh dari family, dan
jauh dari sahabat. Hingga pada suatu
hari, Indra menghubungiku via surat. Sangat tidak biasa, karena biasanya Indra
menghubungiku via telfon yang pada saat orangtuaku menelfonku.
Dear sahabatku, Kaka.
Bagaimana keadaanmu
sekarang? Baik bukan? Aku sungguh merindukanmu ka.
Aku disini sangat
kesepian, setiap hari harus ke sekolah sendirian, tak punya tempat curahan
hati. Ka, keadaan di sini sangat buruk. Keluargaku hancur berantakan ka.
Orangtuaku memilih meja pengadilan untuk memecahkan keluargaku sendiri ka.
Ya,aku anak broken home sekarang. Aku sangat ketakutan ka setiap Ayahku
mengamuk. Ibuku di tampari tanpa ampun oleh ayahku Ka. Ibuku berdarah-darah Ka.
Rasanya aku mau menyusul Lita saja yang sudah terlebih dahulu ke surga satu
bulan yang lalu. Ya, adik satusatunya,adik perempuan kebanggaanku.Lita,meninggal
saat ibuku membawanya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Lita menderita demam
berdarah yang tak bisa di selamatkan lagi. Aku sangat terpukul ka.
Entahlah, aku tak tau
lagi sekarang harus bagaimana lagi?
Sahabatmu,
Indra.
Aku
menghela nafas panjang pada saat itu, meremas surat itu.Bahkan menitikkan air
mata. Aku tak membayangkan betapa perihnya kehidupan Indra sekarang? Betapa
tersiksanya Indra sekarang?Betapa kesepiannya Indra sekarang. Aku tak kuasa
lagi, aku menangis se jadi-jadinya. Pada saat itu.
∞
Sampai
saat ini, aku masih menyimpan dengan baik surat menyedihkan Indra itu. Masih
tersimpan sangat rapi. Aku pun masih menyimpan salinan balasan suratku. Yang
waktu itu aku salin karena takut-takut surat yang asli tidak sampai ke tangan
Indra.
Dear sahabatku, Indra.
Iya ndra,aku baik-baik
saja di sini
Yang kuat ndra. Kamu
pasti bisa melalui ini semua. Ini adalah ujian buat kamu ndra agar kamu menjadi
orang yang lebih kuat ndra. Di balik semua ini pasti ada hikmahnya ndra. Berdoa
kepada Allah ndra,minta petunjuk. Aku yakin Allah bakal bantu kamu ngehadepin
ini semua ndra. Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Lita. Memang hidup
dan mati hanya Allah yang tau ndra.
Tetap sabar Indra.
Sahabatmu, Azka.
Ya,
tak ada kata lain yang bisa aku tuliskan selain itu. Karna akupun tak tau harus
bagaimana.Aku juga sangat terpukul dengan kabar itu.
∞
Sesak
sekali jika mengingat kejadian yang di alami Indra. Hanya satu
pertanyaanku,kenapa harus Indra yang mengalami semuanya? . Setelah surat itu,
Indra tak memberikan kabar sama sekali kepadaku. Tidak sama-sekali.
Menyedihkan. Aku bertanya kepada kedua orangtuaku mereka hanya menjawab “Iya,
Indra baik-baik saja”. Setiap aku bertanya kenapa Indra tidak pernah
menghubungiku pasti orangtuakau hanya menjawab “mungkin Indra sedang sibuk
nak”. Terus seperti itu hingga detik ini. Benar benar hampa rasanya kehilangan
sahabat. Rasanya seperti kehilangan sanak saudra yang sangat dekat. Sakit.
Benar-benar sakit.
∞
Hari
ini aku berdiri di bandara Adi Sucipto untuk
perjalanan pulang ke kampung
halamanku. Aku sangat rindu dengan kampung halamanku. Rindu pada keluargaku dan
rindu pada sahabatku. Indra.
∞
Lelah
pejalanan yang panjang
jogja-jakarta-bandung. sesampai di rumah aku langsung menemui kedua
orangtuaku.bersalaman melepas rasa rindu.
Sorenya,
aku langsung pergi menginjungi rumah Indra.
Rumah
Indra, sepi, tak ada tandatanda adanya kehidupan di dalamnya. Bahkan rumah
Indra yang semula rapi,hangat dan di penuhi taman bunga,kini hanya ada sebatang
pohon besar yang kelihatan tak terurus. Gersang ,kering,kotor. Hanya itu yang
menghiasi halaman rumah Indra.
“Indra,Indra,Indra”
teriakku memanggil-manggil Indra
Hening.
Tak ada jawaban.
“Indra,Indra,Indra”
teriakku lagu dengan suara yang lebih keras
Lagi
lagi tak ada jawaban.
“Ndra,
ini aku Kaka. Azka ndra. Aku pulang nih” teriakku yang makin menjadi
“Loh
teh Azka sudah pulang dari jogja?” tibatiba suara lembut yang di miliki mpok
inah yang bukan lain adalah tetangga Indra yang juga mengenalku muncul dengan
tibatiba
“eh,iya
mpok. Tadi pagi baru sampai.” Aku menjawab dengan halus dan bersalaman
dengannya.
“Bagaimana
kabar teh Azka?baikkan?”tanya mpok inah
“iya,
Alhamdulillah baik. Mpok,Indra kemana ya? Kok rumahnya kosong begini?”tanyaku
pada mpok inah.
“Loh,teh
Azka gak tau kalo Indra sudah gak ada?”tanya mpok inah kembali.
“APA
mbok? Gak ada maksutnya?”jawabku cepat
“iya,Indra
sudah meninggal satu minggu yang lalu.”jawab mpok inah dengan nada sedih.
Aku
terhuyung lemas mendengar berita ini. Semua pertanyaan pertanyaan di kepalaku
muncul sekelebat sekelebat. Menghujam otakku tanpa ampun.
Aku
melangkah pulang ke rumah dengan langkah gontai. Tak lama kemudian semua
menjadi gelap.
∞
“nak,
bangun nak” suara mama membangunkanku.
“Aku
di mana mah?”jawabku dengan suara lemah
“di
rumah.tadi kamu pingsan di jalan”jawab mamah
“Mah,
kenapa gak bilang kalo Indra udah gak ada mah?kenapa Mama bohongin aku?”tanyaku
pada mamah.
“Karna
cepat atau lambat kamu pasti bakal tau nak”jawab mama
∞
Aku
berdiri tepat di samping pusara Indra,menatap batu nisannya dengan tatapan
kosong.Di dalam pikiranku hanya ada pertanyaan.Mengapa Indra pergi.Mengapa
Indra tak memberi kabar sama sekali.Apa yang terjadi dengan Indra.
Dan
belakangan aku baru tau Indra meninggal karena over dosis penggunaan narkoba.
Ya,Indra yang lugu telah berubah. Indra sahabat kecilku yang aku banggakan
telah berubah menjadi orang tak karuan. Ia tak melanjutkan studynya setelah orangtuanya bercerai dan adik satu-satunya
meninggal. Ia hidup serabutan, tak terurus bahkan mengkonsumsi narkoba. Hingga
narkoba yang telah merenggut nyawanya.
Semuanya
terungkap setelah aku membaca surat tanpa tuan yang Indra tulis.
Surat tanpa tuan
Hari ini aku merubah
hidupku. Aku sudah lelah dengan semua keadaan yang ada. Aku muak harus hidup
seperti ini.
Maafkan aku sahabatku
tersayang,Kaka. Maafkan aku,aku yang sudah mengecewakanmu. Kau tau mengapa aku
tidak menghubungimu lagi setelah surat terakhir itu?karena aku tidak mau kamu
tau jika aku sekarang tak karuan seperti ini. Aku sekarang kenal dengan minuman
keras,obat terlarang karena hanya mereka tempat peraduanku ka. Hanya mereka
yang mampu menenangkanku.
Terimakasih atas
segalanya ka, kamu adalah satusatunya sahabat yang aku miliki.
Berjuta maafku hanya
untukmu ka,maafkan sahabatmu yang tak berguna ini.
Mungkin saat kamu baca
surat ini aku udah gak aga, aku udah nyusul Lita ka. Mungkin jika tinggal
dengan Lita aku akan lebih tenang.
Terus kejar mimpi kamu
ka. Terus berlari sekencang angin sahabatku.
Walau kita berjarak
sangat jauh bahkan berbeda alam,namun kita tetap SAHABAT SAMPAI KAPANPUN.
R.I.P
INDRA
∞
Semoga
kau tenang di alam sana ndra. Semoga kau tetapmengingatku sebagai sahabatmu.
Aku akan terus mengejar mimpiku ndra,aku akan berlari sekencang angin ndra.
Aku
ikhlas dengan kepergianmu SAHABATKU.
~THE
END~
ini cerpen mu yaaaaa??? :D
BalasHapusiyaa :D . bagus gak? wkwk
BalasHapus