Minggu, 13 Mei 2012

SURAT TANPA TUAN

Mandra cengeng,Mandra cengeng,Mandra cengeng !! “
Sorak sorai teman-teman sekolah dasar mengejek Muhammad Indra Ramadhan yang biasa di panggil Indra namun di plesetkan oleh teman-teman menjadi Mandra. Anak lelaki kelas 6 sekolah dasar yang polos, lugu, cengeng, dan penakut. Bagaimana tidak? Hanya di takut-takuti dengan ular-ularan karet saja ia sudah menangis ketakutan seperti di kejar setan. Huuh,payah sekali ! namun, seburuk-buruknya dia, dia tetap sahabatku yang nomer satu di dunia ini. Tak ada tandingannya. Dan takkan tergantikan. Sampai detik ini,walaupun entah dimana dia sekarang. Yang jelas,aku sangat merindukannya.
Aku Azka Ramadhani Putri yang biasa di panggil Azka atau Kaka, jelas terlihat dari segi namaku, aku seorang putri cantik. Ya,putri cantik yang ber-image preman pasar. Tomboy, kasar, urakan,semau sendiri,tidak mau perduli dengan orang lain. Haha,jangankan dengan orang lain, perduli dengan diri-sendiri saja tidak. Namun itu dulu, dulu aku yang melindungi Indra dari berbagai gangguan, aku yang tangguh menghadapi bocah-bocah nakal yang hobi sekali mengganggu. Aku yang sekarang? Aku yang sekarang duduk di bangku perkuliahan semester 5 sudah sangat berbeda dengan aku yang dulu, aku yang sekarang sudah sangat perduli dengan diriku sendiri bahkan orang lain. Aku yang sekarang faham dengan tata krama dan aturan.
Bukan hal yang mudah untuk merubah sifatku ini,aku teringat dimana saat aku di bengkelkan ke sebuah pondok pesanteren yang mengurungku 6 tahun lamanya. Saat itu, Indra sangat tidak ikhlas membiarkanku pergi untuk melanjutkan study sebagai anak pesantren. Hingga pada suatu hari saat aku akan berangkat ia berkata.
“Kaka, kamu yakin akan pergi? “  tanya Indra dengan suara bergetar.
“iya ndra, aku harus pergi “  jawabku datar.
“kalau begitu, aku akan ikut bersamamu” jawab indra dengan suara ragu.
“kalo kamu cuma bercanda.Buat saat ini aku lagi gak mood ngakak” jawabku agak ketus
“Ka,kenapa harus pergi sih kamu? Aku gamau pisah sama kamu”suara indra semakin bergetar
“Gak ada pilihan lain ndra” jawabku dengan nada semakin menyedihkan
Hening beberapa saat. Aku menatap indra yang duduk sambil memurungkan wajahnya.
“udah,gausah sedih ndra. Kita kan masih bisa komunikasi. Masih ada telfon atau surat” ujarku menenangkannya.
“tapi Ka--- “ jawab indra yang ucapannya sengaja aku potong.
“hey, kita sahabat lho, dan sampai kapanpun kita juga tetep sahabat” jawabku dengan suara riang yang di buat-buat.
Indra hanya mengangguk pelan.
Aku sangat merindukannya. Sangat. Dan sangat. Ya,setelah hari itu aku pindah ke Jogja untuk melanjutkan studyku mondok di pesantren. Pada awal-awal kepindahanku memang semua baik-baik saja. Kami masih memiliki komunikasi yang baik. Aku menceritakan kepadanya bagaimana hidup berasrama itu . Jauh dari family, dan jauh dari sahabat. Hingga pada suatu hari, Indra menghubungiku via surat. Sangat tidak biasa, karena biasanya Indra menghubungiku via telfon yang pada saat orangtuaku menelfonku.
Dear sahabatku, Kaka.
Bagaimana keadaanmu sekarang? Baik bukan? Aku sungguh merindukanmu ka.
Aku disini sangat kesepian, setiap hari harus ke sekolah sendirian, tak punya tempat curahan hati. Ka, keadaan di sini sangat buruk. Keluargaku hancur berantakan ka. Orangtuaku memilih meja pengadilan untuk memecahkan keluargaku sendiri ka. Ya,aku anak broken home sekarang. Aku sangat ketakutan ka setiap Ayahku mengamuk. Ibuku di tampari tanpa ampun oleh ayahku Ka. Ibuku berdarah-darah Ka. Rasanya aku mau menyusul Lita saja yang sudah terlebih dahulu ke surga satu bulan yang lalu. Ya, adik satusatunya,adik perempuan kebanggaanku.Lita,meninggal saat ibuku membawanya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Lita menderita demam berdarah yang tak bisa di selamatkan lagi. Aku sangat terpukul ka.
Entahlah, aku tak tau lagi sekarang harus bagaimana lagi?

Sahabatmu, Indra.
Aku menghela nafas panjang pada saat itu, meremas surat itu.Bahkan menitikkan air mata. Aku tak membayangkan betapa perihnya kehidupan Indra sekarang? Betapa tersiksanya Indra sekarang?Betapa kesepiannya Indra sekarang. Aku tak kuasa lagi, aku menangis se jadi-jadinya. Pada saat itu.
Sampai saat ini, aku masih menyimpan dengan baik surat menyedihkan Indra itu. Masih tersimpan sangat rapi. Aku pun masih menyimpan salinan balasan suratku. Yang waktu itu aku salin karena takut-takut surat yang asli tidak sampai ke tangan Indra.
Dear sahabatku, Indra.
Iya ndra,aku baik-baik saja di sini
Yang kuat ndra. Kamu pasti bisa melalui ini semua. Ini adalah ujian buat kamu ndra agar kamu menjadi orang yang lebih kuat ndra. Di balik semua ini pasti ada hikmahnya ndra. Berdoa kepada Allah ndra,minta petunjuk. Aku yakin Allah bakal bantu kamu ngehadepin ini semua ndra. Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Lita. Memang hidup dan mati hanya Allah yang tau ndra.
Tetap sabar Indra.
Sahabatmu, Azka.
Ya, tak ada kata lain yang bisa aku tuliskan selain itu. Karna akupun tak tau harus bagaimana.Aku juga sangat terpukul dengan kabar itu.
Sesak sekali jika mengingat kejadian yang di alami Indra. Hanya satu pertanyaanku,kenapa harus Indra yang mengalami semuanya? . Setelah surat itu, Indra tak memberikan kabar sama sekali kepadaku. Tidak sama-sekali. Menyedihkan. Aku bertanya kepada kedua orangtuaku mereka hanya menjawab “Iya, Indra baik-baik saja”. Setiap aku bertanya kenapa Indra tidak pernah menghubungiku pasti orangtuakau hanya menjawab “mungkin Indra sedang sibuk nak”. Terus seperti itu hingga detik ini. Benar benar hampa rasanya kehilangan sahabat. Rasanya seperti kehilangan sanak saudra yang sangat dekat. Sakit. Benar-benar sakit.
Hari ini aku berdiri di bandara Adi Sucipto untuk  perjalanan  pulang ke kampung halamanku. Aku sangat rindu dengan kampung halamanku. Rindu pada keluargaku dan rindu pada sahabatku. Indra.
Lelah pejalanan yang panjang  jogja-jakarta-bandung. sesampai di rumah aku langsung menemui kedua orangtuaku.bersalaman melepas rasa rindu.
Sorenya, aku langsung pergi menginjungi rumah Indra.
Rumah Indra, sepi, tak ada tandatanda adanya kehidupan di dalamnya. Bahkan rumah Indra yang semula rapi,hangat dan di penuhi taman bunga,kini hanya ada sebatang pohon besar yang kelihatan tak terurus. Gersang ,kering,kotor. Hanya itu yang menghiasi halaman rumah Indra.
“Indra,Indra,Indra” teriakku memanggil-manggil Indra
Hening. Tak ada jawaban.
“Indra,Indra,Indra” teriakku lagu dengan suara yang lebih keras
Lagi lagi tak ada jawaban.
“Ndra, ini aku Kaka. Azka ndra. Aku pulang nih” teriakku yang makin menjadi
“Loh teh Azka sudah pulang dari jogja?” tibatiba suara lembut yang di miliki mpok inah yang bukan lain adalah tetangga Indra yang juga mengenalku muncul dengan tibatiba
“eh,iya mpok. Tadi pagi baru sampai.” Aku menjawab dengan halus dan bersalaman dengannya.
“Bagaimana kabar teh Azka?baikkan?”tanya mpok inah
“iya, Alhamdulillah baik. Mpok,Indra kemana ya? Kok rumahnya kosong begini?”tanyaku pada mpok inah.
“Loh,teh Azka gak tau kalo Indra sudah gak ada?”tanya mpok inah kembali.
“APA mbok? Gak ada maksutnya?”jawabku cepat
“iya,Indra sudah meninggal satu minggu yang lalu.”jawab mpok inah dengan nada sedih.
Aku terhuyung lemas mendengar berita ini. Semua pertanyaan pertanyaan di kepalaku muncul sekelebat sekelebat. Menghujam otakku tanpa ampun.
Aku melangkah pulang ke rumah dengan langkah gontai. Tak lama kemudian semua menjadi gelap.
“nak, bangun nak” suara mama membangunkanku.
“Aku di mana mah?”jawabku dengan suara lemah
“di rumah.tadi kamu pingsan di jalan”jawab mamah
“Mah, kenapa gak bilang kalo Indra udah gak ada mah?kenapa Mama bohongin aku?”tanyaku pada mamah.
“Karna cepat atau lambat kamu pasti bakal tau nak”jawab mama
Aku berdiri tepat di samping pusara Indra,menatap batu nisannya dengan tatapan kosong.Di dalam pikiranku hanya ada pertanyaan.Mengapa Indra pergi.Mengapa Indra tak memberi kabar sama sekali.Apa yang terjadi dengan Indra.
Dan belakangan aku baru tau Indra meninggal karena over dosis penggunaan narkoba. Ya,Indra yang lugu telah berubah. Indra sahabat kecilku yang aku banggakan telah berubah menjadi orang tak karuan. Ia tak melanjutkan studynya setelah orangtuanya bercerai dan adik satu-satunya meninggal. Ia hidup serabutan, tak terurus bahkan mengkonsumsi narkoba. Hingga narkoba yang telah merenggut nyawanya.
Semuanya terungkap setelah aku membaca surat tanpa tuan yang Indra tulis.
Surat tanpa tuan
Hari ini aku merubah hidupku. Aku sudah lelah dengan semua keadaan yang ada. Aku muak harus hidup seperti ini.
Maafkan aku sahabatku tersayang,Kaka. Maafkan aku,aku yang sudah mengecewakanmu. Kau tau mengapa aku tidak menghubungimu lagi setelah surat terakhir itu?karena aku tidak mau kamu tau jika aku sekarang tak karuan seperti ini. Aku sekarang kenal dengan minuman keras,obat terlarang karena hanya mereka tempat peraduanku ka. Hanya mereka yang mampu menenangkanku.
Terimakasih atas segalanya ka, kamu adalah satusatunya sahabat yang aku miliki.
Berjuta maafku hanya untukmu ka,maafkan sahabatmu yang tak berguna ini.
Mungkin saat kamu baca surat ini aku udah gak aga, aku udah nyusul Lita ka. Mungkin jika tinggal dengan Lita aku akan lebih tenang.
Terus kejar mimpi kamu ka. Terus berlari sekencang angin sahabatku.
Walau kita berjarak sangat jauh bahkan berbeda alam,namun kita tetap SAHABAT SAMPAI  KAPANPUN.
R.I.P
INDRA
Semoga kau tenang di alam sana ndra. Semoga kau tetapmengingatku sebagai sahabatmu. Aku akan terus mengejar mimpiku ndra,aku akan berlari sekencang angin ndra.
Aku ikhlas dengan kepergianmu SAHABATKU.
~THE END~

2 komentar: